Rabu, 17 April 2013

SOAL UTS + JAWABAN EKOLOGI HEWAN



 JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER
MATA KULIAH  EKOLOGI HEWAN




Mata Kuliah
EKOLOGI HEWAN


Dosen Pembina
HUSAMAH, S.Pd
Program Studi
PENDIDIKAN BIOLOGI
Nama Mahasiswa dan NIM/Kelas
NUSEELA DUEREH
201110070311095 / IV C










PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
APRIL 2013


PETUNJUK PENGERJAAN TAKE HOME
1.        Untuk memahami soal-soal take home ini, sebaiknya Anda berdiskusi dengan teman. Lalu kemudian, silahkan jawab sesuai dengan literatur yang Anda miliki dan sesuai dengan pemahaman masing-masing. Jawaban yang menurut dosen pembimbing memiliki tingkat kesamaan tinggi/mencurigakan maka tidak akan diproses!
2.        Setiap jawaban sebaiknya juga dilengkapi dengan literatur. Jadi, jawab dulu sesuai dengan pemahaman Anda dan dukung dengan literatur! Tuliskan literatur yang anda gunakan pada bagian akhir. Jawaban yg bersumber dari buku dan jurnal ilmiah maka akan ada nilai tambah.
3.        Perhatikan teknik penulisan, banyak sedikitnya salah ketik dan kebakuan kalimat juga menjadi penilaian!
4.        Jawaban ini juga harus di-upload di blog masing-masing. Jika Anda bisa me-linkan jawaban dengan literatur maka ada nilai tambah.



SOAL
1.        Konsep waktu-suhu yang berlaku pada hewan  poikilotermik sangat berguna aplikasinya dalam pengendalian hama pertanian, khususnya dari golongan serangga. Jelaskan arti konsep waktu secara singkat, dan berikan contoh ulasannya terkait dengan kasus ulat bulu yang menyerbu tanaman mangga di Probolinggo Tahun 2010.
Jawaban :
Disini yang dimaksud dengan hewan poikilotermik itu sendiri adalah : hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya, dan termasuk golongan pada hewan golongan ini adalah reptil, ikan dan ampibi. Pada golongan hewan poikilotermik disini sangat membutuhkan oksigen jadi hewan yang termasuk dalam golongan poikilotermik bisa mengendalikan hama tanaman, karena pada hewan ini hidupnya menyesuaikan dengan lingkungan dan suhu sekitar, jadi bisa bermanfaat bagi lingkungan sekitar. (http://id.wikipedia.org/wiki/Poikiloterm )
Pada kasus ulat bulu yang meyerbu tanaman mannga di probolinggo tahun 2010 karena pada ulat ini juga termasuk pada golongan hewan poikilotermik. Dari beberapa penelitian menyebutkan gejala – gejala yang menyebabkan terjadinya banyaknya ulat bulu adalah :
1.      Yang pertama, ulat bulu menyerang karena mereka memerlukan tempat untuk metamorfosis. Mengapa pohon mangga jadi sasaran? Pohon mangga memiliki kelembaban yang cocok, yang disukai ulat saat spesies itu berubah jadi kepompong. Semua tau kan, Probolinggo adalah penghasil mangga manalagi yang sangat besar di Indonesia dan kebetulan ulat-ulat merasa paling ‘klik’ berada di pohon mangga saat mau berubah menjadi kepompong.
2.      Yang kedua, secara ekologi sebuah populasi dapat meledak karena lenyapnya predator. Predator ulat adalah kelelawar, tokek, atau burung kecil. Berkurangnya mereka menyebabkan bebasnya kupu-kupu dan sang ulat berkembang bebas. Mungkin di daerah terjadinya wabah, para predator lenyap, mungkin di buru untuk dijadikan makanan (kelelawar) atau sebagai komoditi (tokek) atau semata untuk hiasan di rumah (burung).
3.      Yang ketiga, seleksi alam tidak dapat diabaikan. Pestisida telah mengembangkan kemampuan kekebalan bagi berbagai jenis hama. Daerah lokasi wabah kemungkinan merupakan daerah pertanian yang intensif pestisida. Mungkin pestisida yang digunakan masyarakat sudah tidak lagi mampu menghadapi ulat yang telah mengevolusikan kekebalan alamiah lewat seleksi alam.
4.      Yang keempat, tanaman inang sering memiliki zat racun didalamnya dan ulat bulu mampu memanfaatkan zat ini dan mempertahankannya ke tahap dewasa. Hal ini membuat mereka tidak dapat dimakan oleh burung dan predator lainnya. Kemampuan ini ditunjukkan dengan warna peringatan putih, hitam, merah cerah atau jingga. Kimiawi racun dalam tanaman ini sering berevolusi secara spesifik untuk mencegah mereka dimakan oleh serangga. Serangga pada gilirannya mengembangkan perlawanan atau membuat racun ini menjadi senjata pertahanan hidup mereka sendiri. Balapan senjata ini membawa pada evolusi bersama serangga dan tanaman inangnya.
5.      Yang kelima, anomali cuaca atau cuaca yang tidak menentu dalam beberapa tahun terakhir. Hujan yang terus menerus terjadi di sejumlah kawasan, mengakibatkan musuh alami ulat yakni sejenis predator bernama “Braconid” dan “Apanteles” tidak mampu bertahan hidup. Sehingga musuh alami itu tidak bisa lagi mengontrol populasi ulat bulu yang semakin banyak, dan mengakibatkan ulat itu berkembangbiak secara cepat dan menyebar ke lingkungan penduduk. Dalam proses sirkulasi kehidupan ulat saat masih menjadi telur, musuh alami ulat itu selalu memberikan parasit pada telur ulat, sehingga dari ribuan telur, hanya beberapa telur saja yang lolos dari parasit dan bisa menjadi ulat. Namun akibat hujan yang terus menerus terjadi, proses kehidupan musuh alami tersebut terganggu, sehingga tidak mampu memberikan parasit pada telur ulat, akibatnya populasi ulat tidak bisa terkontrol dan menjadi banyak.

2.        Jelaskan pemanfaatan konsep kelimpahan, intensitas dan prevalensi, disperse, fekunditas, dan kelulushidupan dalam kaitannya dengan penetapan hewan langka!
Jawaban :
Kelimpahan kijang Pada masa sekarang, muncak hanya dapat ditemui di Asia Selatan dan Asia Tenggara, mulai dari India, Srilangka, Indocina, hingga kepulauan Nusantara. Beberapa jenis diintroduksi di Inggris dan sekarang banyak dijumpai di sana.( http://id.wikipedia.org/wiki/Kijang)
Intensitas pada kijang itu sendiri Kijang (Muntiacus muntjak) biasa juga disebut kidang atau muncak, merupakan mamalia asli Indonesia, dengan ciri-ciri ukuran tubuh tidak lebih besar dari Kambing Otawa, berkaki empat dengan kaki depan sedikit lebih kecil dari pada kaki belakang, kulit bagian atas berwarna coklat emas berambut licin seperti berminyak sedangkan pada bagian bawah tubuh berwarna putih, Kijang jantan mempunyai ranggah (tanduk) yang pendek, tidak melebihi setengah dari panjang kepala dan bercabang dua, kijang memiliki ekor pendek dan yang menarik perhatian saya bahwa ternyata kijang memiliki taring yang keluar.
Prevalensi kijang adalah pada saat ini kondisi dari kijang tersebut adalah pada masa sekarang kijang sudah dijadikan hewan langkah dan harus dilestarikan.
Disperse Kijang adalah Kijang jantan mempunyai tanduk kecil yang mencapai kepanjangan 15 cm dan hanya 1 cabang. Ia tumbuh tahunan dari tunggul bertulang di kepala. Kijang jantan mempertahankan kawasannya dan amat garang berbanding saiznya. Ia akan berjuang sesama sendiri bagi mengawal wilayahnya dengan menggunakan tanduk atay (lebih merbahaya) gigi kanine atas seperti gading, dan mampu mempertahankan diri mereka dari pemangsa seperti anjing.
Fekunditas kijang adalah Kijang (Muntiacus muntjak) dapat melahirkan sepanjang tahun dengan usia kehamilan berkisar 6 – 7 bulan dan melahirkan 1 – 2 ekor dengan berat ± 1 kg.
Kelulus hidupan kijang kehidupan kijang selalu berkelompok, habitatnya Kijang (Muntiacus muntjak) hidup di hutan tropika hingga mencapai ketinggian 2000 m dari permukaan laut, di wilayah India, Indonesia ke timur sampai Jawa, dijumpai di Cina sampai Taiwan. Kijang (Muntiacus muntjak) biasa ditemukan di daerah yang mempunyai vegetasi yang rapat di daerah perbukitan dengan ketinggian sampai 3000 m, semak-semak dan di bawah pohon yang berbuah.
3.        Jelaskan aplikasi konsep interaksi populasi, khususnya parasitisme dan parasitoidisme, dalam pengendalian biologis. Berikan contohnya!
Jawaban :
Aplikasi konsep interaksi populasi khususnya pada Parasitisme adalah hubungan antara dua individu, yaitu antara parasit yang memperoleh keuntungan dan hospes yang dirugikan. Parasitisme tersebut terutama adalah mengenai koaxi dalam makanan, dan juga perlindungan parasit oleh inangnya. Suatu parasit tidak akan membunuh inangnya dengan segera, sebelum dapat menyelesaikan daur reproduksinya. Bila parasit segera membunuh inangnya segera setelah infeksi, maka parasit tidak bisa berreproduksi dan akan punah. Keseimbangan antara hospes dan parasit akan terganggu jika hospes tersebut menghasilkan antibody atau bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan parasit terganggu jika hospes tersebut menghasilkan antibody atau bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan parasit. contoh : Plasmodium dengan manusia, Taeniasaginata dengan sapi, dan benalu dengan pohon inang.
Pada Aplikasi konsep interaksi populasi khususnya pada Parasitoid adalah sekelompok insect yang dikelompokkan dengan dasar perilaku bertelur betina dewasa dan pola perkembangan larva selanjutnya. Terutama untuk insect dari ordo Hymenoptera, dan juga meliputi banyak Diptera. Mereka hidup bebas pada waktu dewasa, tetapi betinanya bertelur di dalam, pada atau dekat insect lain. Larva parasitoid berkembang di dalam (atau jarang pada) individu inang yang masih tingkat pre-dewasa. Pada awalnya hanya sedikit kerusakan yang tampak ditimbulkan terhadap inangnya, tetapi akhirnya hampir dapat mengkonsumsi seluruh inangnya dan dengan demikian makan dapat membunuh inang tersebut sebelum atau sesudah stadium kepompong (pupa). Jadi parasitoid dewasa, bukan inang dewasa yang akan muncul dari kepompong. Sering hanya satu parasitoid yang berkembang dari tiap inang, tetapi pada beberapa kejadian beberapa individu hidup bersama dalam satu inang. Jelasnya parasitoid hidup bersama akrab dengan individu inang tunggal (seperti pada parasit), mereka tidak menyebabkan kematian segera atas inang (seperti pada parasit), mereka tidak menyebabkan kematian segera atas inang (Seperti parasit dan juga “Grazers”), tetapi juga dapat menyebabkan kematian (seperti pemangsa).
4.        Nilai sikap dan karakter apa yang harus ditumbuhkan pada siswa ketika belajar konsep-konsep dalam ekologi hewan? Berikan contoh riilnya!
Jawaban :
Nilai ataupun konsep yang ditumbuhkan ketika mereka mengenal ekologi hewan sangatlah bermanfaat murid-murid bisa mengerti melestarikan lingkungan sekitar apalagi terhadap hewan maupun tumbuhan langkah. Contohnya saja banyak yang menyukai Arboretum yang di miliki UKM TEB, oraganisasi tersebut bisa membuat ataupun menarik wisatawan dari TK,SD,SMP,SMA bahkan Mahasiswa untuk ingin lebih mengetahui keindahan arboretum milik UMM, yang dikelola oleh orang TEB,
Dengan adanya arboretum tersebut bisa mengajarkan anak-anak untuk melestarikan lingkungan sekitar, betapa berharganya ketika kita bisa melestarikan tumbuhan maupun hewan langkah, dan bisa juga buat ilmu pengetahuan.

5.        Uraikan satu contoh pemanfaatan indikator hewan untuk monitoring kondisi lingkungan secara mendetail, mulai dari jenis, prinsip dan praktik pemanfaatannya!
Jawaban :
Disini hewan yang saya gunakan untuk memonitoring contohnya saja hewan Rusa yang terdapat di Arboretum.
            Prinsip pada hewan rusa sambar
Ø  Jenis rusa yang ada di Arboretum adalah jenis rusa sambar (Cervus unicolor)
Ø  Prinsip pada rusa sambar adalah mereka adalah hewan yang tidak suka mengganggu kalau manusia tidak mengganggu duluan, hewan tersebut suka memakan herbivora.
Praktik pemanfaatan hewan rusa sambar disini sangatlah bermanfaat :
Ø  Yang pertama bagi pengetahuan, kita bisa mengetahui kehidupan sehari-hari rusa,tingkah laku, ekosistem, dan ekologinya rusa tersebut.
Ø  Yang kedua bagi wisata yang melihat bisa tahu bentuk bagaimana rusa tersebut adakah perbedaan dari kijang.
6.        Apakah manfaat pengetahuan tentang relung bagi aktivitas konservasi? Berikan salah satu contoh hewan langka, lakukan kajian tentang relungnya. (dalam satu kelas, hewan yang dikaji tidak boleh sama)!
Jawaban :
Pengetahuan bagi aktivitas konservasi sangatlah banyak, hewan yang saya ambil disini adalah hewan kijang.
Pengertian Relung sebagai fungsi komunitas(disebut relung kelas 1). Dalam pengertian ini, relung berarti tempat hewan didalam lingkungan biotiknya, dalam hubungannya dengan makanan dan musuh. Relung ini juga da[pat disebut relung komunitas. Misalnya, ular berperan sebagai pemangsa katak dan merupakan makanan burung elang. Dalam rantai makanan, relung dalam pengertian ini dinyatakan sebagai tingkat trofik, artinya jika suatu hewan menduduki suatu tingkat trofik tertentu maka tingkat trofik tersebut merupakan relungnya didalam ramtai makanan. Misalnya :Kijang memduduki tingkat trofik II mempunyai relung sebagai trofik II bagi organisme lain dalam rantai makanan yang diduukinya: dalam rantai makanan tersebut kijang mempunyai relung sebagai pemangsa produsen dan menjadi mangsa dari konsumen yang menduduki trofik di atasnya.
Pada hewan kijang termasuk relung ekologi, dalam relung ekologi merupakan tempat dimana menentukan habitatnya dan menentukan status organisme dalam suatu komunitas dan mengetahui kegiatan atau aktivitas terutama mengenai sumber pangan dan energinya, laju metabolisme dan pertumbuhannya, pengaruh terhadap organisme lain sehingga mampu megubah hal-hal yang penting di dalam suatu ekosistem. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi relung ekologi disini adalah yang pertama Kedudukan yang ditempati oleh suatu spesies di dalam jaring-jaring makanan (relung trofik), yang kedua Kisaran suhu, kelembaban, salinitas yang diterima oleh setia spesies dalam suatu habitat ( relung multidimensional) dan yang ketiga Tempat atau ruang spesies hidup relung habitat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar